Krisis ekonomi yang awalnya terjadi di Amerika & Eropa, sekarang ini nyata-nyata telah melanda Indonesia pula, dan krisis tersebut tidak hanya melanda kaum miskin tetapi juga melanda kalangan ‘the haves’ sebagaimana dapat dilihat pada ‘Daftar 40 Orang Terkaya di Indonesia’ versi majalah Forbes Asia yang akan terbit pada akhir Desember 2008 dibawah ini.
Dari daftar diatas terdapat 3 nama ‘baru’ yang tahun lalu tidak tercantum, yaitu Garibaldi Thohir yang merupakan Direktur dan pemegang saham PT. Adaro Energy Tbk, Theodore Rachmat, mantan Presdir Astra International dan sekarang menjabat sebagai wakil Presiden Komisaris PT. Adaro Energy Tbk. serta Low Tuck Kwong, pemilik 75% saham PT Bayan Resources Tbk,
Adapun 3 nama yang ‘menghilang’ dari daftar 40 orang Terkaya di Indonesia tahun 2007 adalah : Bambang Trihatmodjo yang merupakan anak mantan presiden Soeharto dan pemilik Bimantara Grup, Husein Sutjiadi seorang produsen dan exportir cocoa (pemilik 26% saham Davomas) dan Boenjamin Setiawan seorang pendiri dan Komisaris Utama PT. Kalbe Farma Tbk.
Membandingkan jumlah kekayaan yang dimiliki antara tahun 2008 dengan 2007, maka tampak bahwa kekayaan sebagian besar orang terkaya di Indonesia mengalami penurunan yang cukup besar dengan Aburizal Bakrie – orang terkaya di Indonesia tahun 2007 yang merupakan Menko Kesra dalam Kabinet Bersatu pada pemerintahan SBY dan juga pemilik dan pemimpin dari Grup Bakrie yang antara lain memiliki PT. Bumi Resources Tbk. (tambang batu bara) – mengalami penurunan terbesar, yaitu 84.26% dibandingkan dengan jumlah kekayaan pada tahun lalu.
Hal ini tentunya sangat kontradiktif jika melihat bahwa 3 nama ‘baru’ yang muncul pada tahun ini semuanya merupakan pemegang saham tambang batubara yang sebagaimana kita ketahui pada tahun 2008 ini mengalami booming dan peningkatan harga maupun jumlah permintaan di pasar global. Kejatuhan jumlah kekayaan Aburizal Bakrie akan semakin besar jika saham PT. Bumi Resources Tbk. Pada tanggal 1 November tidak terjual dengan harga Rp 1.846 per saham dengan total nilai penjualan $1,3 miliar karena harga saham tersebut sekarang turun mencapai Rp. 900 bahkan pernah dibawah harga Rp. 760 per saham, sedangkan harga saham perusahaan lainnya yang berada didalam Grup Bakrie jatuh lebih parah lagi hingga mencapai harga Rp. 50 atau setara dengan harga sebuah permen.
Apakah turunnya kekayaan Aburizal Bakrie hanya merupakan dampak dari krisis ekonomi global semata atau kesalahan dalam pengelolaan perusahaan atau ada suatu konspirasi politik agar tidak lagi menjadi donator terbesar bagi partai Golkar dan SBY seperti pada pemilu tahun 2004 lalu atau merupakan ‘teguran’ dan ‘jawaban’ Allah SWT atas do’a dari masyarakat Sidoarjo yang terusir karena lumpur Lapindo milik Grup Bakrie yang mana hingga saat ini terlalaikan & masih belum tuntas pembayaran ganti ruginya ? Bukankah do’a dari orang yang teraniaya akan selalu didengar dan dikabulkan oleh Allah SWT ?
Semoga Aburizal Bakrie dan keluarga masih memiliki hati nurani untuk segera menyelesaikan sisa pembayaran ganti rugi kepada korban lumpur Lapindo yang hanya sebesar Rp. 49 milyar (ekuivalen $4,5 juta) sebelum azab dan musibah yang lebih pedih datang kepada mereka…Amin Ya Rabbal Alamin